Wednesday, December 18, 2013

Nasihat itu untuk aku!

Nasihat itu untuk aku!



Iya, memang aku bicara denganmu. Tapi ianya untuk aku yang benarnya.

Aku siapa mahu beri nasihat khas hanya untuk mu? Aku bukan siapa-siapa. Aku insan biasa seperti kamu, iaitu makhluk Allah SWT yang banyak kelemahannya sama seperti kamu. Takkan bisa kamu lupa?

Iya, memang aku bicara padamu sebagai peringatan untukmu tapi yang benar-benarnya, ianya peringatan untuk aku.

Nasihat mahupun dakwah, perlakuannya diibaratkan seperti ‘bermain bola dengan dinding’.

Cuba kalian fikir, bermain bola dengan dinding ini pasti tidak sama seperti kalian bermain bola dengan pasangan manusia seperti kalian. Balingan bola itu dan lantunan bola itu ke dinding sama seperti mana kalian baling, seperti itu jua ianya akan kembali pada kalian.

Manakan sama, balingan bola kalian pada pasangan manusia kalian dengan balingan bola pasangan manusia kalian kepada kalian.

Kalau sama, cuba kalian buktikan pada aku! Aku takkan bicara suatu yang tidak pasti.

Ia, aku tahu. Bukan pemberi nasihat itu yang harus kita persoalkan saat si pemberi itu dirinya kalian pandang dengan pesimis. Yang kita harus lihat adalah isi bicaranya.

Sebab itulah, nasihat mahupun dakwah itu diibaratkan seperti bermain bola dengan dinding. Peringatan itu akan kembali pada kalian jua. Saat kalian bicara, sudah pasti telinga kalian tidak pekak.

Ada kah orang pekak mampu memberi peringatan? Kalau adapun, pasti tidak ramai.

Lihat! Telinga kalian mendengar bait-bait kata peringatan kalian buat teman kalian dengan lebih jelas lagi kerna kalian yang berbicara bukan orang lain.

Kalau orang lain yang bicara, aku tidak peduli jikalau kalian mendengarnya atau tidak. Semuanya terserah pada kalian untuk mendengar atau tidak. Yang meminjam jasad itu adalah kalian bukan aku. Aku peminjam jasad aku sendiri.

Aku hanya mampu tekankan, nasihat yang diberi si pemberi itu adalah untuk si pemberi itu menerimanya.

Sebab itu takutlah kalian dan aku jua saat menasihati orang. Nasihatlah dengan penuh hikmah.

Jikalau Allah SWT menguji kalian serta aku dengan nasihat yang diberi mahupun yang dibicarakan maka haruslah kalian serta aku takut. Di sini waspadalah saat menjadi si pemberi.

Jangan kalian kata, tidak mungkin kalian akan kecundang saat Allah SWT uji kalian dengan nasihat yang kalian beri pada teman kalian!

Iya, memang aku hidup di dunia ini tidak mencecah setengah abad lagi, tapi aku telah lihat beberapa teman-teman aku sendiri kecundang saat di uji dengan butir bicara kata-katanya. Kecundangnya jauh lebih hebat daripada teman-temannya yang dinasihatkan.

Tapi, tidak terlintas di fikiran ku mahupun jauh di sudut hatiku untuk menasihatnya atau memberi peringatan padanya.

Aku tahu teman aku tahu. Aku tahu teman aku sudah terasa penangan bicaranya sendiri. Aku tahu teman aku terasa seakan-akan tidak mampu memperbetulkan keadaannya yang di uji itu kembali kepada yang asal. Aku tahu dan aku memahaminya.

Yang aku mampu hanya mendoakannya.

Kalau aku mengkritiknya, adakah ianya akan memberi sokongan moral?
Iya, memang pada awalnya aku pesimis padanya saat di ujinya dirinya dengan bicaranya sendiri.
Iyalah, padan dengan muka sendiri. Hanya mampu ketawa sinis, bukan mengejek.

Dalam menasihati orang pun ada caranya. Bukan hanya perlu kalian hentam dengan tidak berhemah.

Cuba kalian singkap kembali sirah Muhammad SAW. Baginda menggunakan cara yang penuh hikmah dan tauladan. Tapi kalian serta aku menggunakan ‘role model’ siapa?

Adakah Baginda berdakwah sebegitu rupa?

Dengan orang tua buta yang sentiasa mencaci serta menghina Baginda pun, Baginda tidak marah. Tapi Baginda berikan orang tua miskin itu makan.

Tapi kita??? Bagaimana???

Aku tahu tidak mudah untuk orang berubah dengan satu kali nasihat. Tapi nasihat itu peringatan sahaja. Yang lain terserah pada Yang Maha Kuasa untuk memberi Taufiq dan Hidayah pada hamba-hamba-Nya.

Kalian serta aku jangan lupa berdoa selalu. Iman kita pun naik turun, makanya sudah pasti perilaku, butir bicara kita pun naik turun disebabkan iman yang ada pasang surutnya.

Elakkan terlalu ‘istiqamah’ memberi nasihat.

Tidak bosan kah kalian mendengar perkara yang sama?

Daripada orang itu mahu berubah terus tidak jadi berubah dek kerana cara kalian atau aku yang terlalu memaksa seakan-akan kita adalah tuhan.

Di mana akal kalian? Rasional kan kembali akal fikiran kalian.

Imam Al-Ghazali dalam buku beliau Ayyuhal Walad, beliau bicara dengan penuh lemah lembut serta kasih sayang. Beliau memberi nasihat bukan untuk si penerima berubah terus ke arah kebaikan. Tapi, beliau berharap setiap bait-bait kata nasihatnya itu akan mampu menembus hati kita yang penuh dengan duniawi semata.

Jangan hanya tahu memberi nasihat. Saat tiba waktu kalian yang menjadi penerima jangan pula kalian yang melatah berlagak seakan ‘maksum’.

Usahalah kita memiliki-Nya. Tidak sukar kalau kita yakin pada-Nya.
Aku mahu terus berusaha memiliki-Nya
Kerna aku ingin menjadi hamba-Nya yang Syahid di jalan-Nya
Hanya pada-Nya aku berserah segalanya. 


Kenangan bersama group PBL-Presentation-Lab
Rindunya ~

# Saat di uji yakinlah bahawa Kita Mampu Hadapinya kerna Allah SWT takkan menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang kita tidak mampu.
Makanya, Yakinlah kita pada Illahi.
Katakanlah pada diri - Aku mampu hadapi setiap mehnah kerana-Nya InshaAllah ;)

No comments:

PeSaNaN AkhIr

Saudara!
Seandainya kau tangisi kematianku,
Dan kau siram pusaraku dengan air matamu
Maka di atas tulang-tulangku yang hancur luluh,
Nyalakanlah obor buat umat ini
Dan..............
Teruskanlah perjalanan ke gerbang jaya

Saudara!
Kematianku adalah suatu perjalanan
Mendapatkan kekasih yang sedang merindu
Taman-taman di syurga tuhanku bangga menerimaku
Burung-burungnya berkicau riang menyambutku
Bahagialah hidupku di alam abadi

Saudara!
Puaka kegelapan pasti akan hancur
Dan alam ini akan disinari fajar lagi
Biarlah ruhku terbang mendapatkan rindunya
Janganlah gentar berkelana di alam abadi
Nun di sana fajar sedang memancar.........

(Ditulis oleh Sayyid Qutb sebelum menemui SYAHID)