Nasihat itu
untuk aku!
Iya, memang
aku bicara denganmu. Tapi ianya untuk aku yang benarnya.
Aku siapa
mahu beri nasihat khas hanya untuk mu? Aku bukan siapa-siapa. Aku insan biasa
seperti kamu, iaitu makhluk Allah SWT yang banyak kelemahannya sama seperti
kamu. Takkan bisa kamu lupa?
Iya, memang
aku bicara padamu sebagai peringatan untukmu tapi yang benar-benarnya, ianya
peringatan untuk aku.
Nasihat
mahupun dakwah, perlakuannya diibaratkan seperti ‘bermain bola dengan dinding’.
Cuba kalian
fikir, bermain bola dengan dinding ini pasti tidak sama seperti kalian bermain
bola dengan pasangan manusia seperti kalian. Balingan bola itu dan lantunan
bola itu ke dinding sama seperti mana kalian baling, seperti itu jua ianya akan
kembali pada kalian.
Manakan
sama, balingan bola kalian pada pasangan manusia kalian dengan balingan bola
pasangan manusia kalian kepada kalian.
Kalau sama,
cuba kalian buktikan pada aku! Aku takkan bicara suatu yang tidak pasti.
Ia, aku
tahu. Bukan pemberi nasihat itu yang harus kita persoalkan saat si pemberi itu
dirinya kalian pandang dengan pesimis. Yang kita harus lihat adalah isi
bicaranya.
Sebab
itulah, nasihat mahupun dakwah itu diibaratkan seperti bermain bola dengan
dinding. Peringatan itu akan kembali pada kalian jua. Saat kalian bicara, sudah
pasti telinga kalian tidak pekak.
Ada kah
orang pekak mampu memberi peringatan? Kalau adapun, pasti tidak ramai.
Lihat!
Telinga kalian mendengar bait-bait kata peringatan kalian buat teman kalian
dengan lebih jelas lagi kerna kalian yang berbicara bukan orang lain.
Kalau orang
lain yang bicara, aku tidak peduli jikalau kalian mendengarnya atau tidak.
Semuanya terserah pada kalian untuk mendengar atau tidak. Yang meminjam jasad
itu adalah kalian bukan aku. Aku peminjam jasad aku sendiri.
Aku hanya
mampu tekankan, nasihat yang diberi si pemberi itu adalah untuk si pemberi itu
menerimanya.
Sebab itu
takutlah kalian dan aku jua saat menasihati orang. Nasihatlah dengan penuh
hikmah.
Jikalau
Allah SWT menguji kalian serta aku dengan nasihat yang diberi mahupun yang
dibicarakan maka haruslah kalian serta aku takut. Di sini waspadalah saat
menjadi si pemberi.
Jangan
kalian kata, tidak mungkin kalian akan kecundang saat Allah SWT uji kalian
dengan nasihat yang kalian beri pada teman kalian!
Iya, memang
aku hidup di dunia ini tidak mencecah setengah abad lagi, tapi aku telah lihat
beberapa teman-teman aku sendiri kecundang saat di uji dengan butir bicara
kata-katanya. Kecundangnya jauh lebih hebat daripada teman-temannya yang
dinasihatkan.
Tapi, tidak
terlintas di fikiran ku mahupun jauh di sudut hatiku untuk menasihatnya atau
memberi peringatan padanya.
Aku tahu
teman aku tahu. Aku tahu teman aku sudah terasa penangan bicaranya sendiri. Aku
tahu teman aku terasa seakan-akan tidak mampu memperbetulkan keadaannya yang di
uji itu kembali kepada yang asal. Aku tahu dan aku memahaminya.
Yang aku
mampu hanya mendoakannya.
Kalau aku
mengkritiknya, adakah ianya akan memberi sokongan moral?
Iya, memang
pada awalnya aku pesimis padanya saat di ujinya dirinya dengan bicaranya
sendiri.
Iyalah,
padan dengan muka sendiri. Hanya mampu ketawa sinis, bukan mengejek.
Dalam
menasihati orang pun ada caranya. Bukan hanya perlu kalian hentam dengan tidak
berhemah.
Cuba kalian
singkap kembali sirah Muhammad SAW. Baginda menggunakan cara yang penuh hikmah
dan tauladan. Tapi kalian serta aku menggunakan ‘role model’ siapa?
Adakah
Baginda berdakwah sebegitu rupa?
Dengan
orang tua buta yang sentiasa mencaci serta menghina Baginda pun, Baginda tidak
marah. Tapi Baginda berikan orang tua miskin itu makan.
Tapi
kita??? Bagaimana???
Aku tahu
tidak mudah untuk orang berubah dengan satu kali nasihat. Tapi nasihat itu
peringatan sahaja. Yang lain terserah pada Yang Maha Kuasa untuk memberi Taufiq
dan Hidayah pada hamba-hamba-Nya.
Kalian
serta aku jangan lupa berdoa selalu. Iman kita pun naik turun, makanya sudah
pasti perilaku, butir bicara kita pun naik turun disebabkan iman yang ada
pasang surutnya.
Elakkan
terlalu ‘istiqamah’ memberi nasihat.
Tidak bosan
kah kalian mendengar perkara yang sama?
Daripada
orang itu mahu berubah terus tidak jadi berubah dek kerana cara kalian atau aku
yang terlalu memaksa seakan-akan kita adalah tuhan.
Di mana
akal kalian? Rasional kan kembali akal fikiran kalian.
Imam
Al-Ghazali dalam buku beliau Ayyuhal Walad, beliau bicara dengan penuh lemah
lembut serta kasih sayang. Beliau memberi nasihat bukan untuk si penerima
berubah terus ke arah kebaikan. Tapi, beliau berharap setiap bait-bait kata
nasihatnya itu akan mampu menembus hati kita yang penuh dengan duniawi semata.
Jangan
hanya tahu memberi nasihat. Saat tiba waktu kalian yang menjadi penerima jangan
pula kalian yang melatah berlagak seakan ‘maksum’.
Usahalah
kita memiliki-Nya. Tidak sukar kalau kita yakin pada-Nya.
Aku mahu
terus berusaha memiliki-Nya
Kerna aku
ingin menjadi hamba-Nya yang Syahid di jalan-Nya
Hanya
pada-Nya aku berserah segalanya.
![]() |
Kenangan bersama group PBL-Presentation-Lab Rindunya ~ |
# Saat di uji yakinlah bahawa Kita Mampu Hadapinya kerna Allah SWT takkan menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang kita tidak mampu.
Makanya, Yakinlah kita pada Illahi.
Katakanlah pada diri - Aku mampu hadapi setiap mehnah kerana-Nya InshaAllah ;)
No comments:
Post a Comment